Selasa, 23 September 2014

MASYARAKAT SUKU YALI

Latarbelakang
Yali atau Yalimo memiliki banyak arti yaitu “Yali” yang berarti tempat matahari terbit (timur), nama bahasa yang digunakan oleh masayarakat Yali, dan nama suatu suku atau masayarakat yang mendiami di daerah timur dari kota Wamena.  Kemudian “mo dari morfem mu” menunjukan tempat, bukan “mo” berarti “matahari” seperti yang dikenal oleh banyak orang.  Jadi secara harfiah, Yalimu adalah nama salah satu kelompok Masyarakat atau suku yang mendiami di daerah yang dianggap paling timur dari pulau Papua ini, nama bahasa yang gunakan oleh orang Yali sebgai alat komunikasi mereka, dan nama tempat di mana matahari itu terbit (Walianggen C. (2012:2). Nama Yali atau Yalimu tidak diberi nama setelah masyarakat Yali mengenal Injil namun nama ini sudah ada dari nenek moyang orang Yali yang memilih dan menempati daerah Yali sebagai daerah mereka. Jika anda mewawancarai salah satu orang Yali yang memiliki sejarah lengkap, dia tentunya akan menjelaskan semua sejarah Yali yang perlu diketahui oleh orang banyak.
Yalimu atau Kabupaten Yalimo merupakan pemekaran baru dari kabupaten Jayawijaya pada tahun 2008 lalu berdasarkan Otsus Papua 2001.  Letak geografis dan jumlah penduduk yang dimiliki oleh suku Yali tidak kalah dengan Kabupaten lain di Papua. Umumnya Suku Yali bermukim di dataran tinggi  ± 3000m diatas permukaan laut yaitu, di pegunungan Provinsi Papua. Masyarakat Yali bermukim di bawah kaki gunung atau di atas puncak besar dan di pinggiran sungai-sungai yang besar. Walaupun daerah yang dipikir tidak menguntungkan, namun dibalik pandangan itu memiliki rahasia yang sangat misterius. Dari tanah yang kaya dan melimpah yang diberikan oleh sang pencipta, segala sesuatu yang menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, alam telah menyediakannya karena keakraban masyarakat terhadap dunia atau alam dimana mereka hidup.  “Kinangma Puhula roho winak humuk” (lihat ke dalam tanah setelah anda menggali tanah) adalah sebuah kalimat yang mengandung motivasi kepada setiap orang Yali, karena segala berkat yang kita butuhkan ada di bumi, bukan di langit. Tangan untuk bekerja dan semua yang dibutuhkan akan datang dari hasil usaha manusia. Kemudian, “kinang fanoma ap inggik fano halug, uhe mel umalikisi mel, anggom mel inahap fanoreg” (tanah yang subur, orang yang rajin bekerja maka istri, anak-anak dan hewan biaraan terlihat sehat). Kalimat sederhana ini merupakan suatu hadiah yang pernah ditinggalkan oleh nenek moyang orang Yali bahwa laki-laki sebagai keluarga wajib berdiri ditengah-tengah keluarga untuk memberi jaminan dalam hidup.
KabupatenYalimo terletak di bagian barat dari kabupaten Yahukimo dan suku Meek, bagian utara dari kabupaten Jayawijaya, bagian timur dari kabupaten Mamberamo Tengah dan bagian Selatan dari Propinsi Papua. Luas wilayah Yalimo berdasarkan data Dinas Kependudukan pada tahun 2008 mencapai 34.057 jiwa dengan luas wilayah 1.253 km².
Yalimu sebenarnya memiliki luas wilayah yang besar dengan jumlah penduduk begitu banyak namun Yalimu telah dibagi ke dalam dua kabupaten yaitu Kabupaten Yalimo dan Yahukimo. Masyarakat Yalipun ikut berpisah dari kelompok Yali besar yaitu Yali dan Yali Meek. Yali Apahapsili, Yali Abenaho, Yali Gilika dan Yali yang terdekat dengan daerah tersebut masuk ke Kabuapten Yalimo sedangkan Yali Angguruk, Yali Ninia dan Yali Meek masuk ke Kabuapten Yahukimo.
Yali memiliki dua bahasa yaitu bahasa Yali dan bahasa Meek. Penutur bahasa Yali adalah Yali Angguruk, Yali Apahapsili, Yali Abenaho dan Yali Ninia. Mereka menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Yali namun memiliki banyak variasi bahasa atau sering disebut dengan dialek. Tetapi Yali Gilika dan Yali Meek memiliki bahasa Meek yang sangat perbeda dengan bahasa Yali. “Orang Yali adalah multilingual karena orang Yali dapat mengunakan beberapa bahasa terutama bahasa-bahasa tetangga seperti bahasa Yali, Meek, Dani dan Lani”. Selain itu hampir seluruh orang Yali dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Seni dan budaya Yali saat ini masih terlihat di masyarakat karena orang Yali memandang seni dan budaya merupakan suatu kekayaan atau aset yang nilainya sangat tinggi dan merawatnya sebagai warisan nenek moyang di masyarakat sampai saat ini. Orang Yali menari biasanya setelah memakai hiasan dari arang atau tanah liat di seluruh tubuh.  Selain itu, memakai koteka bagi pria dan kem (rok tradisional) bagi wanita adalah sebagai alat menari. Sue Eruk (bulu burung), Huhubi Eruk (bulu Kaswari) dan Pak Eruk (bulu Kus-kus) juga digunakan dalam acara atau pesta menari. Mereka mengikat bulu-bulu itu di kepala, tangan, leher, dan bulu kus Koluang (Tupai) di pucuk koteka yang dikenakan oleh seorang pria.
Berikut ini adalah beberapa jenis lagu/tarian Yali;
Eberi
Adalah lagu yang dinyanyiakan oleh tua-tua sebagai penyanyi dan penari dalam kelompok besar ikut menyanyi sambil berputar dan menari. Semua lagu Eberi yang dinyanyikan adalah tentang keperuntungan, kegagalan, harapan atau keinginan, kematian, perkawinan atau pernikahan dan peperangan. Penyanyi sengaja menyanyikan lagu-lagu yang dianggap sedih pada pagi hari sebelum matahari terbit. Ketika mereka sedang menyanyi lagu-lagu  tersebut tangisanpun ikut bercucuran. Penari ikut menangis karena sedihnya lagu yang dinyayikan oleh tua-tua Yali.
Suleng
Dapat dinyanyikan pada pesta atau upacara namun jarang ditampilkan diluar rumah. Suleng dinyanyikan dalam posisi duduk dalam suatu rumah (olangko ti) dan Sulengpun dinyanyikan oleh satu orang atau lebih ketika menyendiri. Biasanya  seorang penyanyi sengaja menyanyikan lagu Seleng dengan suara yang sedih untuk menciptakan suara lain. Jika suasana sudah lain lagu berikutnya dinyanyikan disertai dengan tangisan. Umumnya Suleng dinyanyikan untuk, kegagalan, harapan atau keinginan, kematian, perkawinan. Suleng dilarang untuk dinyanyikan pada pagi hari atau saat cuaca mendung karena apabila dinyanyikan baik sengaja maupun tidak sengaja pasti hujan turun.
Berikut adalah salah satu contoh lagu Suleng yang ditulis dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Yali, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Hembeye
Singer: Hebon Walianggen (March, 2012).
Recorder and Writer: Christan Walianggen (Jan, 2013)
Wiyuken ag hag ei (1)
seperti buah dadanya Wiyuken ei:::
looks like Wiyuken’s breasts ei:::
Komim ag hag o Hembeye (2)
seperti buah dadanya Komim, “Hembeye”
looks like Komim’s breasts, Hembeye
ag misig angge o Ului Hembeye (3)
hanya buah dadanya yang tunggal o Hembeye dari Ului
only the single breast o Hembeye from Ului
ag misig angge i i:::: Helenggok Hemmbeye (4)
hanya buah dada yang tunggal i i:::: Hembeye dari Helenggok
only the single breast i i:::  Hemebeye from Helenggok
ag misig aron o o::: (5)
hanya buah dada yang tunggal oo::
only the single breast o o:::
Wiyuken fu (6)
Wiyuken fu
Wiyuken fu
me warin ao:: (7)
muntahlah ao::
please vomit ao::
huli Komim fu fu:: ye (8)
gadis Komim fu fu:: ye
little girl Komim fu fu:: ye
me warise e yie:::::: (9)
muntahlah e yie:::::
please vomit e yie::::
Wiyuken ag hahen e i:: (10)
seperti buah dadanya Wiyuken ei::
looks like Wiyuken’s breasts ei::
Komim ag hag o Hembeye i:::: (11)
seperti buah dadanya Komim o Hembeye i::::
looks like Komim’s breasts o Hembeye i:::
ag misig angge o Ului Hembeye (12)
hanya buah dadanya yang tunggal o Hembeye dari Ului
only the single breast o Hembeye from Ului
ag misig angge i i::: (13)
hanya buah dadanya  yang tunggal i i:::
only the single breast i i:::
Helenggok Hembeye (14)
Hembeye dari Helenggok
Hembeye from Helenggok
ag misig aron o Wiyuken fu:::: (15)
hanya buah dadanya yang tunggal o Wiyuken fu:::
only the single breasto Wiyuken fu:::
me warin a o:: huli Komim fu u  ye::: (16)
muntalah a o:: gadis Komim fu u ye:::
please vomit a o::: little girl Komim fu u ye::::
me warise yi e:::: (17)
muntahlah yi e:::
please vomit yi e:::
Huni Sini
Hunu Sini hampir sama dengan lagu Suleng namun lagu Hunu memiliki sedikit perbedaan yaitu Hunu Sini dapat dinyanyikan ketika orang lebih menyediri. Semua aktivitas yang sedang dikerjakan sementara dihentikan dan mengambil tempat untuk duduk menyanyi sambil menangis. Kesendirian menciptakan suasa lain yaitu menghayal dan mengingat kembali kisah-kisah yang dilalui bersama satu orang dari keluarganya yang meninggal, dan kegagalan dalam suatu usaha.
Wene Puhur
Adalah lagu yang dinnyayikan pada saat pesta besar seperti acara keagamaan yaitu hari Natal dan peresmian Gereja.
Jenis-jenis atribut yang sering digunakan dalam tarian yaitu antara lain:
  • Koteka =  Sabiyab (koteka + rotan)
  • Bulu Kaswari
  • Bulu cendrawasih
  • Puali dan Werene
  • Bulu Burung Yalme (Yalme Kankin)
  • Taring babi (Wam ayeg)
  • Kem (pakaian tradisional wanita) yang panjang
  • Kem Lahuog (rok pendek)
  • Walimu (Uang Pusaka)
  • Seh
  • Panah + Busur (Sehen Suap angge)
  • Noken
  • Arang dan tanah liat di seluruh tubuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar